Budidaya Bawang Merah Teknologi Organik NASA

Pupuk Penyubur tanaman Bawang Merah

 Bawang merah dan bawang putih merupakan komoditas sayuran yang telah lama dibudidayakan oleh petani indonesia secara intensif.Komoditas bawang merah dan bawang putih merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap pekembangan ekonomi suatu wilayah.Meskipun minat petani terhadap bawang merah dan bawang putih cukup kuat,namun dalam proses pengusahaanya masih ditemui berbagai kendala. baik yang bersifat teknis maupun ekonomis.
  Untuk mengatasi berbagai kendala yang ditemui oleh para petani bawang merah dan bawang putih, PT. Natural Nusantara meberikan solusi dengan produk - produk pupuk organik dan pestisida organik yang tentunya sangat ramah lingkungan.
Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu : Bahan tanam berupa bontani dan umbi bibit.




SYARAT TUMBUH
  • Dapat ditanam dan tumbuh didataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl (0 - 450 mdpl untuk pertumbuhan optimal).
  • Penyinaran cahaya matahari minimal 70 % penyinaran.
  • Suhu udara 25॰ - 32॰C kelembaban nisbi yang rendah (Sutaya et al, 1995).Bawang merah dapat diperbanyak dengan dua cara yaitu : 
TEKNIS BUDIDAYA BAWANG MERAH DENGAN TEKNOLOGI NASA
1. PRA TANAM
A.PEMILIHAN BIBIT :

Baca Juga




  • Ukuran optimal adalah 3 - 4 gr/umbi.
  • Umbi bibit yang baik adalah umbi bibit yang telah disimpan selama 2 bulan dan masih dalam ikatan (umbi masih ada daunya).
  • Umbi bibit harus sehat,ditandai dengan bentuk bibit yang kompak tidak keropos.
  • Kulit umbi tidak luka.
B.PENGOLAHAN TANAH
  • Pada Lahan Kering,Pupuk kandang disebarkan dengan dosis 0,5 - 1 ton/1000 m².Diluku kemudian digaru biarkan selama 1 minggu.Dibuat bedengan dengan lebar 120 - 180 cm,diantara bedengan dibuat saluran air (canal) dengan lebar 40 - 50 cm dan kedalaman 50 cm.
  • Pada Lahan yang masam dengan pH kurang dari 5,6,disarankan pemberian dolomit minimal 2 minggu setelah tanam dengan dosis 1 - 1,5 ton/ha/tahun.untuk meningkatkan ketersediaan unsur hara dan magnetsium.Dan untuk mencegah penyakit layu sebarkan Natural GLIO dengan  dosis 100 gr Natural GLIO (satu bungkus) dicampur dengan pupuk kandang matang 25 - 50 kg,dan diamkan selama 1 minggu lalu sebarkan merata diatas bedengan.
C.PEMUPUKAN DASAR
Pupuk makro : 2 - 4 kg urea + 7 - 15 kg ZA + 15 - 25 kg SP - 36,untuk 1000 m².
Pupuk Organik Nasa : 
Siramkan Pupuk Organik Super Nasa yang telah dicampur air diatas bedengan dengan dosis 1 botol /1000 m² dengan cara :

  1. Cara Pertama : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 3 liter air dijadikan larutan induk,kemudian setiap 50 lt air diberi 200 cc larutan induk tadi utuk menyirm bedengan.
  2. Cara Kedua : Setiap 1 gembor 10 lt diberi satu peres sendok makan super nasa untuk menyiram 5 - 10 m bedengan,biarkan selama 5 - 7 hari.
2. FASE TANAM
a. Jarak Tanam
Pada Musim Kemarau, 15 x 15 cm, varietas Ilocos, Tadayung atau Bangkok
Pada Musim Hujan 20 x 15 cm varietas Tiron
b. Cara Tanam
  • Umbi bibit direndam dulu dalam larutan POC NASA + air ( dosis 1 tutup/lt air ).
  • Taburkan GLIO secara merata pada umbi bibit yg telah direndam larutanPOC NASA.
  • Simpan selama 2 hari sebelum tanam.
  • Pada saat tanam, seluruh bagian umbi bibit yang telah siap tanam dibenamkan ke dalam permukaan tanah. Untuk tiap lubang ditanam satu buah umbi bibit.
3. AWAL PERTUMBUHAN ( 0 – 10 HST )
I. Pengamatan Hama.
  • Waspadai hama Ulat Bawang ( Spodoptera exigua atau S. litura), telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, maksimal 80 butir. Telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas.Kelompok telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan PENTANA . Biasanya pada bawang lebih sering terserang ulat grayak jenis Spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam di perut /kalung hitam di leher, dikendalikan dengan PESTONA.
  • Ulat tanah. Ulat ini berwarna coklat-hitam. Pada bagian pucuk /titik tumbuhnya dan tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja/malam hari. Jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang jadi sarangnya. Semprot dengan PESTONA.
  • Penyakit yang harus diwaspadai pada awal pertumbuhan adalah penyakit layu Fusarium. Gejala serangan penyakit ini ditandai dengan menguningnya daun bawang, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (Jawa : ngoler). Tanaman yang terserang dicabut lalu dibuang atau dibakar di tempat yang jauh. Preventif kendalikan dengan Natural GLIO.
II. Penyiangan dan Pembumbunan. 
Penyiangan pertama dilakukan umur 7-10 HST dan dilakukan secara mekanik untuk membuang gulma atau tumbuhan liar yang kemungkinan dijadikan inang hama ulat bawang. Pada saat penyiangan dilakukan pengambilan telur ulat bawang. Dilakukan pendangiran, yaitu tanah di sekitar tanaman didangir dan dibumbun agar perakaran bawang merah selalu tertutup tanah. Selain itu bedengan yang rusak atau longsor perlu dirapikan kembali dengan cara memperkuat tepi-tepi selokan dengan lumpur dari dasar saluran (di Brebes disebut malem).

III. Pemupukan pemeliharaan/susulan. Dosis pemupukan bervariasi tergantung jenis dan kondisi tanah setempat. Jika kelebihan Urea/ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, tapi jika kurang, pertumbuhan tanaman terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil. Pemupukan dilakukan 2 kali ( dosis per 1000 m2 ) :
  • Umur 2 minggu : 5-9 kg Urea+10-20 kg ZA+10-14 kg KCl.
  • Umur 4 minggu : 3-7 kg Urea+ 7-15 kg ZA+12-17 kg KCl. Campur secara merata ketiga jenis pupuk tersebut dan aplikasikan di sekitar rumpun atau garitan tanaman. Pada saat pemberian jangan sampai terkena tanaman supaya daun tidak terbakar dan terganggu pertumbuhannya.
  • Atau jika dipergunakan Pupuk Majemuk NPK (15-15-15) dosis ± 20 kg/ 1000 m2 diberikan pada umur ± 2 minggu.
IV. Pengairan.
  • Pada awal pertumbuhan dilakukan penyiraman dua kali, yaitu pagi dan sore hari.
  • Penyiraman pagi hari usahakan sepagi mungkin di saat daun bawang masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit.
  • Penyiraman sore hari dihentikan jika persentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %.
  • Air salinitas tinggi kurang baik bagi pertumbuhan bawang merah.
  • Tinggi permukaan air pada saluran ( canal ) dipertahankan setinggi 20 cm dari permukaan bedengan pertanaman.
4. FASE VEGETATIF ( 11- 35 HST )
a. Pengamatan Hama dan Penyakit
  • Hama Ulat bawang, S. litura dan S. exigua. Thrips, mulai menyerang umur 30 HST karena kelembaban di sekitar tanaman relatif tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang yang terserang warnanya putih berkilat seperti perak Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70%. Jika ditemukan serangan, penyiraman dilakukan pada siang hari, amati predator kumbang macan. Populasi diatas ambang ekonomi kendalikan dengan BVR atau PESTONA.
  • Penyakit Bercak Ungu atau Trotol, disebabkan oleh jamur Alternaria porii melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih-kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mongering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Jika ada hujan rintik-rintik segera dilakukan penyiraman. Preventif dengan penebaran Natural GLIO.
  • Penyakit Antraknose atau Otomotis, disebabkan oleh jamur Colletotricum gloesporiodes. Gejala serangan adalah ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang akan menyebabkan patahnya daun secara serentak (istilah Brebes: otomatis). Jika ada gejala, tanaman terserang segera dicabut dibakar dan dimusnahkan. Untuk jamur yang ada didalam tanah kendalikan dengan Natural GLIO.
  • Penyakit oleh virus, gejalanya pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung ke segala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai bibit bebas virus dan pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan.
  • Busuk umbi oleh bakteri. Umbi yang terserang jadi busuk dan berbau. Biasa menyerang setelah dipanen. Usahakan tempat yang kering.
  • Busuk umbi/ leher batang oleh jamur. Bagian yang terserang jadi lunak, melekuk dan berwarna kelabu. Jaga agar tanah tidak terlalu becek (atur drainase).
  • Untuk pencegahan hama-penyakit usahakan pergiliran tanaman dengan jenis tanaman lain (bukan golongan Bawang-bawangan). PESTISIDA Kimia digunakan sebagai alternatif terakhir untuk mengatasi serangan hama-penyakit.
b. Pengelolaan Tanaman
  • Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30-35 HST dilanjutkan pendagiran, pembumbunan dan perbaikan bedengan yang rusak.
  • Penyemprotan POC NASA dengan dosis 4-5 tutup/tangki tiap 7-10 hari sekali mulai 7 hari setelah tanam hingga hari ke 50-55. Mulai hari ke 35 penyemprotan ditambah HORMONIK dengan dosis 1-2 tutup/ tangki (dicampurkan dengan POC NASA).
  • Pengairan, penyiraman 1x per hari pada pagi hari, jika ada serangan Thrips dan ada hujan rintik-rintik penyiraman dilakukan siang hari.
5. PEMBENTUKAN UMBI ( 36 – 50 HST )
Pada fase pengamatan HPT sama seperti fase Vegetatif, yang perlu diperhatikan adalah pengairannya. Butuh air yang banyak pada musim kemarau sehingga perlu dilakukan penyiraman sehari dua kali yaitu pagi dan sore hari.
6. PEMATANGAN UMBI ( 51- 65 HST )
Pada fase ini tidak begitu banyak air sehingga penyiraman hanya dilakukan sehari sekali yaitu pada sore hari.
7. PANEN DAN PACA PANEN
a. Panen

  • 60-90 % daun telah rebah, dataran rendah pemanenan pada umur 55-70 hari, dataran tinggi umur 70 – 90 hari.
  • Panen dilakukan pada pagi hari yang cerah dan tanah tidak becek
  • Pemanenan dengan pencabutan batang dan daun-daunnya. Selanjutnya 5-10 rumpun diikat menjadi satu ikatan (Jawa : dipocong).
b. Pasca Panen
  • Penjemuran dengan alas anyaman bambu (Jawa : gedeg). Penjemuran pertama selama 5-7 hari dengan bagian daun menghadap ke atas, tujuannya mengeringkan daun. Penjemuran kedua selama 2-3 hari dengan umbi menghadap ke atas, tujuannya untuk mengeringkan bagian umbi dan sekaligus dilakukan pembersihan umbi dari sisa kotoran atau kulit terkelupas dan tanah yang terbawa dari lapangan. Kadar air 89 85 % baru disimpan di gudang.
  • Penyimpanan, ikatan bawang merah digantungkan pada rak-rak bambu. Aerasi diatur dengan baik, suhu gudang 26-29 C kelembaban 70-80 %, sanitasi gudang.

Komentar